Selasa, 08 Desember 2009

Al qur`an Tidak Lagi Menarik Buat Kita?

Al qur`an Tidak Lagi Menarik Buat Kita?
Saya ceritakan sepenggal kisah tentang 'Umar untuk mengukur diri saya dan diri Jamaah sekalian akan al Qur'an. Seberapa al Qur'an sudah menggetarkan hati kita? Sudah seberapa al Qur'an mengantarkan kita untuk menjadi pejuang Islam sejati? Seberapa al Qur'an membuat kita menjadi orang2 yang takut tunduk dan patuh terhadap Allah, dan cinta kepada Rasulullah? Jangan-jangan, al Qur'annya sendiri sudah jauh dari kehidupan qt. Al Qur'an tidak lagi qt baca. Kecuali sedang susah, sedang diliputi kesedihan, hidup dalam keadaan masalah, atau...

Sbb datangnya bulan suci Ramadhan. Ada lagi sebahagian kita yang memegang al Qur'an hanya sekian kali dalam hidupnya. Salah satunya, adlh ketika al Qur'an mnjadi mahar dalam perkawinannya. Masya Allah, astaghfirullah. Jamaah yang dirahmati Allah. Cobalah koreksi lagi bgm sikap qt terhadap al Qur'an? Apakah ia senantiasa dibaca, dihafal, dan diamalkan sedikit demi sedikit? Apakah al Qur'an sdh kita muliakan sbagaimana mestinya? Subhaanallaah, saya mlihat, dalam keseharian qt, bnyk yang menyepelekan al Qur'an. Al Qur'an ditaroh di atas kulkas.

Ada yang menaruh di atas TV, sementara TV itu menyiarkan tayangan-tanyangan yang mempersekutukan Allah, dan seks bebas. Ada yang menaruh di bawah komik Harry Potter! Seakan lbh mulia tuh novel ketimbang al Qur'an. Ada yang sdh lusuh. Bkn lusuh sbb dibaca. tapi lusuh sebab ga pernah dibrsihkan dan diurus.

Ya Allah, ampunilah kami-kami ini yang sdh menghinakan al Qur'an tanpa sengaja.

Jamaah yang dirahmati Allah, mari sama mendekatkan diri lagi kepada al Qur'an.

Mulailah memuliakan al Qur'an. Dan bacalah, hingga ia memenuhi hati.

Ketika Tangan dan Kaki Berkata

Ketika Tangan dan Kaki Berkata
Lirik : Taufiq Ismail
Lagu : Chrisye

Akan datang hari mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita bila harinya
Tanggung jawab tiba

Rabbana
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami
Luruskanlah
Kukuhkanlah
Di jalan cahaya…. sempurna

Mohon karunia
Kepada kami
HambaMu yang hina

1997


Latar Belakang:

KETIKA MULUT TAK LAGI BERKATA

April 2nd, 2008 by pungkymw@elect-eng.its.ac.id

oleh Taufiq Ismail

Di tahun 1997 saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, ” Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas. Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?” Karena saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti selesai.

Dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu bolehlah. Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata.

Chrisye menginginkan puisi relijius. Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul. Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga. Minggu ketiga inspirasi
masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu.
Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan. Tampaknya saya akan telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, ” Chris, maaf ya, macet. Sori.” Saya akan kembalikan pita rekaman itu.

Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin. Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi, A’udzubillahi minasy syaithonirrojim.”Alyauma nakhtimu ‘alaa afwahihim, wa tukallimunaaidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun” saya berhenti.

Maknanya, “Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan.

” Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa!

Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke larik-larik lagi tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai.

Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon,” Chris, alhamdulillah selesai”. Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik tersebut. Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.

Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye, Sebuah Memoar Musikal, 2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye:

Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya.

Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya
membanjir. Saya coba lagi. Menangis lagi. Yanti sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu.

Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki Berkata. Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa tak berdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya. “Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat
65…” kata Taufiq. Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya.
Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya.Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi.
Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini.
Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!

Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke Australia, saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya.Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga
selesai. Dan tidak ada take ulang!
Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari! Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan
lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benar meluluhkan perasaan. Itulah pengalaman batin saya yang paling dalam selama menyanyi.

Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya, dengan saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna Pengadilan Hari Akhir di hari kiamat kelak. Mengenai menangis menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan
menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul dalam lagu tersebut.

* *
Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser untuk lagu tersebut. Saya enggan menerimanya. Chrisye terkejut.
“Kenapa Bang, kurang?” Saya jelaskan bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah Yasin ayat 65, firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya. Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya, tetapi itu merepotkan administrasi.
Akhirnya Chrisye menemukan jalan keluar.

“Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi.
Kalau Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan Maha Pengampun ‘kan?” Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras
menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisye senang, saya pun senang.

* *
Pada subuh hari Jum’at, 30 Maret 2007, pukul 04.08, penyanyi legendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun lebih keluar masuk rumah sakit, termasuk berobat di Singapura. Diagnosis yang mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat. Dia meninggalkan isteri, Yanti, dan empat anak, Risty, Nissa, Pasha dan Masha, 9 album proyek, 4 album soundtrack, 20 album solo dan 2 film. Semoga penyanyi yang lembut hati dan
pengunjung masjid setia ini, tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang amal salehnya serta menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga terbuka lebar baginya.
Amin. #

Selasa, 13 Oktober 2009

A Halo Over Moscow

by Mike Krumboltz

6 hours ago

1,262 Votes

And you thought rainbows were cool. A few days ago, a mysterious cloud shaped like a halo appeared over Moscow, and the buzz has yet to break.

We're the first to admit that a photograph of the heavenly cloud appears to be photoshopped. It's just so...perfect. But meterologists have spoken up and said the cloud wasn't digitally altered. However, it wasn't exactly what it appeared to be, either.

When the cloud initially formed, some UFO enthusiasts declared it to be a "true mystery." Some even compared it to the giant spaceship hovering over Earth in the movie "Independence Day." Reality quickly dashed any predictions of an alien invasion. An article from the Daily Mail explains that the "luminous ring-shaped cloud" was simply an optical effect.

An official spokesperson for Moscow's weather department said, "Several fronts have been passing through Moscow recently, there was an intrusion of the Arctic air too, the sun was shining from the west — this is how the effect was produced."

The cloud loomed last week, but the searches are still soaring. Lookups on "halo cloud" and "moscow cloud" are both booming, and a video clip has garnered hundreds of thousands of views on YouTube. You can check it out for yourself below...



Follow Buzz Log on Twitter.

Kamis, 01 Oktober 2009

KOMPOSTER KERANJANG TAKAKURA

Dikembangkan oleh Bapak dan Ibu Djamaludin, Taman Karinda Bandung, Jl. Alfa 92 Cigadung, 20 Juli 2007

Pengomposan cara ini sangat bermanfaat untuk para mahasiswa, bujangan, keluarga kecil, karena bisa ditempatkan di dalam kamar, apartemen, atau di dalam rumah biasa. Dalam kunjungan saya ke rumah Bapak dan Ibu Djamaludin, pemilik taman kompos Karinda, di Lebak Bulus, Jakarta, saya mendapat ilmu baru, yaitu membuat kompos murah dengan wadah keranjang plastik.

Pengomposan cara ini sangat bermanfaat untuk para mahasiswa, bujangan, keluarga kecil, karena bisa ditempatkan di dalam kamar, apartemen, atau di dalam rumah biasa. Menurut Ibu Djamaludin, konsep membuat kompos dengan keranjang ini diperkenalkan oleh Mr. Takakura pada saat pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga di Pusdakota Surabaya. Rupanya ini pengalaman praktek Mr. Takakura sendiri di Jepang.

Jadi keranjang ini dikenal sebagai Keranjang Takakura. Keranjang plastik mudah didapat di toko atau pasar yang menjual barang-barang kelontong rumah tangga. Ukurannya hanya sekitar 50 liter, biasanya digunakan untuk keranjang wadah pakaian kotor sebelum dicuci.

Caranya begini:

  • Pertama, cari keranjang berukuran 50 liter berlubang-lubang kecil (supaya bangsanya tikus tidak bisa masuk). Jangan lupa kalau membeli keranjang plastik ini berikut tutupnya.
  • Kedua, cari doos bekas wadah air minum kemasan, atau bekas wadah super mi, asal bisa masuk ke dalam keranjang. Doos ini untuk wadah langsung dari bahan-bahan yang akan dikomposkan.
  • Ketiga, isikan ke dalam doos ini kompos yang sudah jadi. Kalau sebelumnya anda tidak membuat kompos sendiri, anda minta saja ke teman anda yang punya persediaan kompos yang siap pakai. Tebarkan kompos ke dalam doos selapis saja setebal kurang lebih 5 cm. Lapisan kompos yang sudah jadi ini berfungsi sebagai starter proses pengomposan, karena di dalam kompos yang sudah jadi tersebut mengandung banyak sekali mikroba-mikroba pengurai. Setelah itu masukkan doos tersebut ke dalam keranjang plastik.
  • Keempat, bahan-bahan yang hendak dikomposkan sudah bisa dimasukkan ke dalam keranjang. Bahan-bahan yang sebaiknya dikomposkan antara lain: Sisa makanan dari meja makan: nasi, sayur, kulit buah-buahan. Sisa sayuran mentah dapur: akar sayuran, batang sayuran yang tidak terpakai. Sebelum dimasukkan ke dalam keranjang, harus dipotong-potong kecil-kecil sampai ukuran 2 cm x 2 cm.
  • Kelima, setiap hari bahkan setiap habis makan, lakukanlah proses memasukkan bahan-bahan yang akan dikomposkan seperti tahap sebelumnya. Demikian seterusnya. Aduk-aduklah setiap selesai memasukkan bahan-bahan yang akan dikomposkan. Bilamana perlu tambahkan lagi selapis kompos yang sudah jadi. Anehnya, doos dalam keranjang ini lama tidak penuhnya, sebab bahan-bahan dalam doos tadi mengempis. Terkadang kompos ini beraroma jeruk, bila kita banyak memasukkan kulit jeruk. Bila kompos sudah berwarna coklat kehitaman dan suhu sama dengan suhu kamar, maka kompos sudah dapat dimanfaatkan.

    Catatan: khusus untuk komposter Keranjang Takakura ini, upayakan agar bekas sayuran bersantan, daging dan bahan lain yang mengandung protein tidak dimasukkan ke dalam doos. Mengingat starter-nya telah menggunakan kompos yang sudah jadi, maka MOL (mikroba loka) tidak digunakan.



    Komentar:

    Soenarto Soendjaja said... This post has been removed by the author.

    Soenarto said... Selamat Kang Sobirin, saya heran mengapa ada alat bagus, cara mudah, murah tapi tidak banyak yang meniru. Apa mungkin kurang disebar luaskan. kalo ada cara yang saya bisa bantu penyebarluasannya pasti saya bantu. Acch paling tidak saya bisa mulai dari rumah, hatur nuhun. Dari sobat dpma

    Edwin Maolana said... Terima kasih untuk ilmunya. Mau komen dikit tentang info "..bekas sayuran bersantan, daging dan bahan lain yang mengandung protein tidak dimasukkan ke dalam doos..." untuk yang ini dibuang kemana Ya? apakah bekas tulang ikan, ayam dan daging juga tidak boleh dimasukan ke dalam keranjang?

    margosc.blogspot.com said... Boleh sumbang saran? takakura dengan campuran 4 sekam mentah, l tanah,l dedak & air gula juga bisa dicoba, hasilnya bagus!, semua saya masukkan kesitu termasuk tulang, duri ikan, masakan bersantan asalkan gak banyak (sisa) saya masukkan juga, hasilnya? Anak anak TK dan gurunya takjub melihat ada tulang "sudah berumur" tapi tidak bau!

    margosc.blogspot.com said... Boleh sumbang saran? takakura dengan campuran 4 sekam mentah, l tanah,l dedak & air gula juga bisa dicoba, hasilnya bagus!, semua saya masukkan kesitu termasuk tulang, duri ikan, masakan bersantan asalkan gak banyak (sisa) saya masukkan juga, hasilnya? Anak anak TK dan gurunya takjub melihat ada tulang "sudah berumur" tapi tidak bau!

    Ekosistem Prima Lestari said... Buat teman-teman yang ingin mengolah sampah menggunakan Keranjang TAKAKURA tetapi ingin praktis, Keranjang TAKAKURA dapat dibeli di CV.EPRISTARI Jakarta. Lihat informasinya di http://cv-epristari.blogspot.com/ http://indonetwork.co.id/CV_EPRISTARI/840854/biopori-takakura-tas-mainan-produk-daur-ulang.htm (disana juga jual Pencacah sampah organik ukuran mini, sangat cocok dikombinasikan dengan keranjang TAKAKURA atau Bor tangan utk bikin Lubang resapan biopori) Silahkan menghubungi : Lesti Aty, SSi 021 9982 6018 atau Primadia 08161607263 email : epristari@gmail.com http://cv-epristari.blogspot.com/

    may said... apakah datangnya semut termasuk bagian dari takakura??

    dheno said... apakah selain semut juga bisa muncul kutu? kutu kecil kecil banget warna putih entah apa namanya? kalau begitu cara ngilanginnya gimana ?

    Nur Nahdiyah said... wuihh setelah sekian lama nanya sana sini ttg kotak takakura, ternyata ada di blog ini...makasih banyak..

    Nur Nahdiyah said... aduh makasih banyak infonya kang...dah lama nanya sana sini soal kotak takakura. sebenarnya pengen ikut pelatihan pembuatan pupuk kompos kalo ada kang.mohon infonya

DRUM TAKAKURA IBU DJAMALUDIN

Kiriman email dari Kebun Karinda: djamaludinsuryo@yahoo.com

Kebun Karinda Keluarga Djamaludin Suryo Oleh: Sri Murniati Djamaludin, Pengelola Kebun Karinda Mr. Koji Takakura memperoleh Hak Cipta No. P00200600206 untuk Proses Pengomposan Sampah Organik Metode Takakura Skala Rumah Tangga.

Bagaimana dengan rumah tangga lebih besar seperti asrama, warung makan, warteg, katering rumahan? Mr. Koji Takakura telah memperoleh Hak Cipta (HAKI) No. P00200600206 untuk Proses Pengomposan Sampah Organik Metode Takakura Skala Rumah Tangga atau dikenal dengan Takakura Home Method.

Melalui LSM Pusdakota Surabaya, unit komposter Takakura atau yang akrab disebut Keranjang Takakura makin dikenal tidak hanya di Surabaya tetapi telah menyebar ke berbagai kota di Indonesia. Pengomposan dengan Keranjang Takakura ini cocok untuk rumah tangga yang beranggota keluarga 4-7 orang karena berukuran sekitar 40cm x 25cm x70cm.

Bagaimana dengan rumah tangga yang lebih besar seperti asrama, atau warung makan atau warteg, katering rumahan? Kebun Karinda mengembangkan Drum Takakura.

Pada awalnya kami menampung pertanyaan-pertanyaan dari peserta pelatihan yang mempunyai masalah dengan banyaknya sampah organik yang terkumpul setiap hari. Tentu kami ingin mencarikan solusinya, sayang jika sampah organik yang banyak dibuang. Akhirnya kami temukan jawabannya yaitu dengan Drum Takakura.

Setiap pagi kami berolah raga jalan pagi melalui “pasar pagi” yaitu sekumpulan tukang sayur yang mangkal di bulevard perumahan Bumi Karang Indah di Jakarta Selatan setiap hari dari pukul 6 sampai pukul 11. Kami melihat kegiatan mereka yang menghasilkan sampah organik segar berasal dari sortiran sayuran untuk menjadi layak jual dan sisa yang tidak terjual. Jumlahnya cukup banyak, sekitar 10-12 kg dari 7 tukang sayur.

Dalam pikiran kami muncul ide untuk mengubah sampah ini menjadi “uang”. Tetapi lahan di Kebun Karinda sempit, sudah penuh dengan berbagai model bak pengomposan untuk sampah daun. Kemudian kami mencoba menggunakan drum besi bekas yang sudah dipotong menjadi dua bagian sehingga volumenya menjadi 100 L. Harga drum bekas tanpa tutup Rp.35.000, biasanya digunakan untuk pot.

Agar memenuhi syarat sebagai wadah pengomposan metode Takakura, bagian bawah dan samping diberi beberapa lubang dengan bor. Untuk alas dan “selimut” dibuatkan bantalan sabut dengan ukuran 70cm x 70cm. Dinding bagian dalam dilapisi dengan kardus yang dilipat keluar dan diikat dengan tali rafia sehingga tidak bergerak jika kompos diaduk. Sebagai aktivator padat digunakan kompos setengah matang dari keranjang Takakura yang sudah penuh (15-20kg).

Sebelum dimasukkan drum, sampah dicacah atau dirajang dengan pisau kemudian dicampur dengan serbuk gergaji untuk menambahkan “sampah coklat” yang mengandung unsur karbon. Sampah ini tidak boleh tercampur dengan kulit udang, sisik dan isi perut ikan karena akan menimbulkan bau.

Sangat menakjubkan bahwa adonan kompos menjadi sangat panas, jika diukur dengan termometer bisa mencapai 60°C dan keluar uap air berkepul-kepul seperti kalau kita menanak nasi. Tidak ada bau busuk, yang tercium hanya bau agak asam karena proses fermentasi.

Setiap hari sampah baru dimasukkan dan diaaduk sampai ke dasar drum sehingga tercampur rata. Sampah baru akan difermentasikan oleh mikroba kompos. Volume akan menyusut karena sayuran banyak mengandung air, yang digunakan untuk minum dan penyebaran mikroba kompos.

Oksigen untuk pernapasan mikroba harus cukup, dengan cara mengaduknya setiap kali memasukkan sampah baru. Dalam waktu 30-40 hari drum sudah penuh, tetapi kompos belum seluruhnya matang karena masih ada sampah yang baru. Terlihat masih ada warna hijau di antara warna hitam kompos. Suhunya juga masih panas. Kita harus mematangkan dulu sekitar 2 minggu, sampai seluruh adonan menjadi kompos dan suhu sudah tidak hangat lagi.

Selanjutnya kompos dengan kualitas “super” bisa dipanen, harganya bisa mencapai lebih dari Rp1000/kg. Sekali panen dari satu drum Takakura bisa menghasilkan 60-70 kg kompos.

Untuk melanjutkan pembuatan kompos dari sampah baru, diambil 15 kg adonan kompos yang masih panas (sebelum dimatangkan) dan dipindahkan ke drum Takakura yang baru. Silakan mencoba, Anda bisa “ketagihan” dan bersemangat menjadi penampung sampah organik pasar pagi. Sri Murniati Djamaludin, Pengelola Kebun Karinda Alamat lengkap dan nomor telpon ada dalam Blog ini.



3R JANGAN SEKADAR SLOGAN
Pikiran Rakyat, Selisik, 2 Februari 2009, Handri Handriansyah

Persoalan sampah adalah persoalan bersama yang harus diatasi secara sinergis oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Ia menekankan penanganan sampah dimulai dari produsennya. Seharusnya sampah menjadi tanggung jawab masing-masing. Segera berakhirnya izin pakai lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), tahun 2018, akan menjadi kendala utama dalam penanganan masalah sampah di Kota Bandung.

Mengingat keterbatasan lahan yang dimiliki kota ini. Adapun rencana penggunaan kawasan Legoknangka di Desa Ciherang, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung yang akan dijadikan TPA bersama, juga masih memiliki kendala. Salah satunya adalah soal biaya pengangkutan sampah. Namun apa daya, Kota Bandung tidak memiliki lahan lagi untuk dijadikan TPA. Sejak lama, banyak pihak memperkirakan bakal muncul masalah dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung.

Sistem TPA dianggap tidak lagi sesuai untuk menangani masalah sampah. Berbagai alternatif solusi pun bermunculan, mulai dari penerapan sistem 3R (reduce, reuse, recycle), pembuatan kompos, sampai pengolahan sampah menjadi energi listrik. PT Bandung Raya Indah Lestari (BRIL), sebuah perusahaan swasta, menawarkan pemecahan masalah sampah di Kota Bandung dengan usulan pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).

Munculnya ide itu bukannya tanpa pertimbangan. Menurut Direktur PT BRIL, Yoseph Soenaryo, pihaknya dan pemerintah Kota Bandung pada awalnya tidak hanya berpikir mengenai PLTSa sebagai solusi masalah sampah Kota Bandung. "Kami sempat mempertimbangkan sistem 3R, pembuatan kompos, dan pembuatan pupuk organik. Semua sudah dipikirkan kelebihan dan kekurangannya," kata Yoseph di Bandung, Sabtu (31/1).

Prinsip 3R, kata Yoseph, memang masih dianggap paling baik, karena bisa membuat orang memberdayakan sesuatu yang sudah tidak digunakan agar dapat digunakan kembali. Namun, pada praktiknya, penerapan 3R memerlukan kesadaran tinggi dari seluruh masyarakat dan harus menjadi suatu budaya. "Untuk membudayakan sesuatu memerlukan waktu sangat lama, sedangkan sampah kita saat ini terus menumpuk," tuturnya.

Sementara itu, untuk mengolah sampah menjadi pupuk organik memerlukan teknologi tinggi yang biaya investasinya terlampau besar. Dari sudut pandang lain, komposisi sampah Kota Bandung juga tidak mendukung untuk bisa menghasilkan pupuk organik. "Hal itu juga berlaku untuk pembuatan kompos, terlebih teknologi pembuatan kompos paling modern, paling cepat memerlukan waktu 15 hari. Artinya, kita memerlukan lahan tetap untuk menampung sampah yang terkumpul selama 16 hari. Belum lagi masalah pemasaran kompos yang dihasilkan," ujar Yoseph menjelaskan.

Dari semua pertimbangan tersebut, akhirnya PT BRIL dan pemerintah Kota Bandung menetapkan PLTSa sebagai solusi terbaik dalam memecahkan masalah sampah. Keputusan tersebut dinilai sebagai langkah yang wajar oleh pakar lingkungan dari Pusat Rekayasa Industri, Institut Teknologi Bandung (ITB), Ari Darmawan Pasek. Menurut Ari, setiap kota/kabupaten pasti memiliki pertimbangan tersendiri dalam penentuan solusi persampahan mereka, sesuai dengan kondisi yang ada.

Tanpa mengesampingkan pertimbangan tersebut, anggota Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), Sobirin Supardiyono menilai, persoalan sampah adalah persoalan bersama yang harus diatasi secara sinergis oleh pemerintah, instansi terkait, dan masyarakat. Untuk itu, ia lebih menekankan penanganan sampah yang dimulai dari produsennya masing-masing.

"Kita bicara dalam konteks rumah tangga di masyarakat yang menjadi sumber awal produksi sampah. Seharusnya sampah menjadi tanggung jawab masing-masing," tuturnya. Menurut Sobirin, berat sampah yang diproduksi di Kota Bandung saat ini sudah hampir menyamai berat 1.000 ekor gajah. "Jika dibentangkan, sampah plastik tiap harinya bisa menutupi 250 lapangan sepak bola. Kertasnya dibuat bubur kertas dalam jumlah yang mengimbangi jumlah bubur kertas dari 500 batang pohon kayu. Di kota besar lain juga keadaannya tidak jauh berbeda.

Namun, Kota Bandung menjadi spesial dalam masalah sampah karena kondisi geografisnya yang berupa cekungan dan merupakan sentral komunitas manusia," tuturnya. Masalah itu, kata Sobirin, tidak akan selesai jika hampir 90% penduduk Kota Bandung masih tidak peduli dengan sampah masing-masing, seperti sekarang ini. "Mereka hanya berharap sampah diangkut petugas, karena merasa sudah bayar retribusi.

Mereka tidak tahu, kondisi PD Kebersihan kadang tidak ideal. Ada kalanya truk pengangkut mogok karena onderdilnya rusak dan segala macam kendala lain," ujar Sobirin. Ia mengakui, untuk bisa mewujudkan hal ini memang memerlukan proses yang bertahan dalam jangka waktu yang panjang. "Meski banyak yang mengatakan 3R itu hanya slogan, tapi kalau dilaksanakan bisa dilihat hasilnya. Yang penting, ada keyakinan, kesadaran, dan keinginan untuk mendapat keuntungan, kontrak moral, tindakan nyata, dan pembudayaan. Jika itu dipenuhi, saya yakin semua bisa terwujud meskipun menghabiskan waktu satu generasi atau sekitar 30 tahun," tuturnya.

Melihat kondisi sekarang ini, Sobirin menghargai semua rencana yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi sampah yang terus menggunung. Termasuk pembangunan PLTSa sebagai pengganti TPA. "Tetapi kita tidak akan pernah tahu PLTSa itu bagus atau tidak jika tidak dicoba dalam skala kecil. Kalau memang hasilnya bagus, perlihatkan kepada masyarakat dan teruskan. Jika tidak, ya harus dihentikan," ujarnya. Mengenai kemungkinan uji coba PLTSa skala kecil, Yoseph mengatakan bahwa keputusannya ada di tangan pemerintah. Namun, untuk pelaksanaannya, perlu investasi mati layaknya untuk membangun jalan minimal Rp 35 miliar. "Investasi PLTSa bukanlah investasi bisnis yang menguntungkan. Untuk skala kecil, investasi jelas tidak akan kembali.

Namun, sebenarnya kita tidak perlu ragu dan mencoba dalam skala kecil. Toh skala besar yang sudah ada di luar negeri sudah terbukti memang baik dan berjalan tanpa gangguan," ungkapnya. Ketika ditanya mengenai keuntungan yang akan didapatnya sebagai pengelola PLTSa nantinya, Yoseph tidak memungkiri keuntungan itu memang ada meski jumlahnya tidak besar. Untuk PLTSa Gedebage dengan kapasitas produksi 500 ton sampah/hari dan menghasilkan sekitar 6 mw energi listrik, PT BRIL harus mengeluarkan investasi sedikitnya Rp 300 miliar (perhitungan 2005).

Menurut Yoseph, dari pemasukan biaya pengolahan sampah dan hasil penjualan listrik yang dihasilkan, investasi tersebut baru akan kembali dalam waktu 12-15 tahun. "Oleh karena itu kami meminta waktu pengelolaan 20 tahun. Itu kan lama dan untungnya tidak seberapa. Namun, ini bukan semata bisnis, tapi bentuk kepedulian kami sebagai warga Bandung terhadap masalah sampah. Jika menghitung untung-rugi, masih banyak investasi yang lebih menguntungkan," ujar Yoseph. (Handri Handriansyah/"PR")


UNSUR HARA

TANAMAN KURUS KURANG UNSUR HARA


Tanaman Kurus Kurang Unsur Hara Oleh: Sobirin

Tanaman yang kita pelihara kurus, mudah terkena penyakit? Mungkin tanaman kurang unsur hara. Unsur hara ini mungkin telah hilang dari tanah sebagai media tanam. Tanaman juga membutuhkan vitamin dan mineral seperti layaknya manusia untuk bisa tumbuh dengan baik.

Tanah yang sehat merupakan syarat sebagai media tanam untuk kegiatan tanam-menanam baik di dalam pot maupun di pekarangan halaman rumah kita. Tanah harus mengandung semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk bisa tumbuh dengan baik.

Tanah yang sehat mengandung humus atau kompos yang merupakan hasil pelapukan dari bahan organik. Kompos merupakan makanan bagi mikro biota dalam tanah dan mengubahnya menjadi unsur hara yang kemudian menjadi makanan bagi tanaman kita. Kompos mampu memperbaiki struktur tanah, menyerap dan menyimpan air dalam tanah.

Tanah yang sehat adalah tanah yang hidup mengandung banyak hara dan mampu menghidupi tanaman kita. Kompos yang kita buat sendiri mungkin juga kurang sempurna atau kurang mengandung makanan bagi mikrobiota, karena bahan-bahan kompos yang kita pakai misalnya hanya daun kering saja.

Bahan-bahan untuk kompos perlu kita lengkapi, misalnya selain daun kering, daun hijau, juga kotoran hewan. Selain itu mikro organisme lokal (MOL) yang kita pakai sebagai starter juga kita buat dengan baik. Tidak cukup hanya dengan tapai ditambah gula saja, tetapi perlu ditambah air kelapa dan lain sebagainya (lihat “Tip Mudah Membuat MOL").

Tanda-tanda tanaman yang kekurangan unsur hara atau nutrisi dapat dilihat dengan jelas, antara lain:

  • Kekurangan nitrogen: daun dan pucuk tanaman menguning, ukuran bunga dan buahnya kecil dan matang lebih cepat.
  • Kekurangan potasium: daun lebih kecil, berwarna lebih gelap, pinggiran daun kuning, pertumbuhan lambat.
  • Kekurangan kalium: daun, tunas, dan buah berkembang tidak baik.
  • Kekurangan fosfor: ukuran buah kecil dan warna tidak cerah, pinggiran daun mengering.
  • Kekurangan magnesium: daun berbercak kuning, daun lebih cepat gugur.
  • Kekurangan sulfur: daun berwarna memudar.

Pertumbuhan tanaman perlu terus kita amati. Pengomposan tanah dan pemberian mikro organisme (MOL) secara periodik semoga dapat menghasilkan tanaman pertanian di sekitar rumah menjadi lebih subur.

Referensi: Yayasan IDEP. 2006. Buku Panduan untuk Permakultur Menuju Hidup Lestari. IDEP Foundation - www.idepfoundation.org. ISBN: 979-15305-0-5 (dan sumber lain).


Posted by sobirinsobirin@gmail.com at 3:56 PM
Labels:

Komentar:

schimonth said...

Apa kabar pak sob Maaf baru sekarang bisa coment lagi pak.., sepertinya untuk mengikuti saran bapak saya agak kesulitan karena kondisi perumahan disini tidak memiliki halam belakang atau samping,yang ada hanya halaman depan yang sempit. Tapi saya ada sedikit pengalaman dalam bercocok tanam cabe menggunakan sampah dari rumah. Limbah sayur kangkung saya iris kecil-kecil lalu ditanam dalam polibag tempat menanam cabe. Hasilnya cabenya cukup subur (maaf saya tidak ada fotonya, mungkin nyusul) kalau limbahnya digiling halus atau diblander gimana kira2 ya pak? (mohon petunjuk) Sebenarnya saya juga pengen punya blog seperti bapak ini tapi saya masih awam dalam ngeblog, saya ingin ngeposnya dalam blog sendiri pak, kayaknya asik. Boleh Minta petunjuk pak?


Rabu, 30 September 2009

Pestisida Alami

PESTISIDA ALAMI: DAUN PAPAYA

Foto: http://www.photoatlas.com, Daun Papaya

Daun papaya bisa dimanfaatkan untuk dibuat menjadi pestisida alami untuk memberantas hama serangga yang mengancam tanaman kita. Pestisida alami buatan sendiri sebaiknya kita coba sebagai sistem pengendalian hama di pertanian rumah tangga kita. Caranya?


Ambil daun papaya sebanyak kurang lebih 1 (satu) kilogram, atau kira-kira sekitar 1 (satu) kantong plastik kresek besar. Lalu dilumatkan (bisa diblender) dan dicampurkan dalam 1 (satu) liter air, kemudian dibiarkan selama kurang lebih 1 (satu) jam. Langkah berikutnya disaring, lalu ke dalam cairan daun papaya hasil saringan ditambahkan lagi 4 (empat) liter air dan 1 (satu) sendok besar sabun.

Ampas lumatan daun papaya bisa dimasukkan ke dalam komposter untuk tambahan bahan kompos. Cairan air papaya dan sabun sudah dapat digunakan sebagai pestisida alami.

Semprotkan cairan ini pada hama-hama yang mengganggu tanaman kita.
Semprotan pestisida air papaya dan sabun ini dapat membasmi aphid (kutu daun), rayap, hama-hama ukuran kecil lainnya, termasuk ulat bulu.

Sebagai catatan, pestisida alami ini hanya digunakan bila diperlukan. Jangan menyemprotkan pestisida alami ini bila tidak terdapat hama pada tanaman kita. Biarkan tanaman itu sendiri menangkal hama secara alami.


Referensi:
Yayasan IDEP. 2006. Buku Panduan untuk Permakultur Menuju Hidup Lestari. IDEP Foundation - www.idepfoundation.org. ISBN: 979-15305-0-5.

Komentar:

Christine said...

Pak, berapa lama pestisida ini bisa disimpan? Kan pemakaiannya sedikit sekali padahal sekali buat jadinya banyak... Trims

Hallo X,
Saya blm tahu efektifnya brp lama, saya sdng menelitinya. Sementara nyimpennya tdk saya tutup. X juga nyoba deh.
salam: sob

Saya pernah coba dari campuran bawang putih dan cabe. Caranya sama, cuma setelah diblender ramuannya direbus baru diendapkan dan dicampur sabun. Pestisida ini cukup bagus buat larva kepik di pohon terong dan semut hitam yg mangkal di akar padi. Daya simpannya tidak terlalu lama, mungkin sebulan setelah itu cairan berbau busuk dan saat disemprotkan malah mengundang banyak lalat.

X,
Bagus nih, macem2 pestisida. Gak apa2 daya simpan tidak lama. Sisa-nya masukkan saja ke komposter anaerob lubang tanah...salam: sob

Shopping at Ammelie's said...

Pak, sabunnya sabun jenis apa ya? Kenapa pake sabun?

PESTISIDA ALAMI: BAWANG PUTIH DAN CABAI

Foto: www.prianusa.com dan https://host7.yournethost.com, Bawang Cabai
Ada komentar dari Christine pemilik blog Disekitar Christine tentang pestisida alami. Christine pernah mencoba campuran bawang putih dan cabai. Pasti banyak pengalaman lain dari para pembaca. Baiknya pengalaman semacam ini dibukukan sebagai khasanah kearifan lokal.



Inilah komentar Christine:
Saya pernah coba dari campuran bawang putih dan cabe. Caranya sama, cuma setelah diblender ramuannya direbus baru diendapkan dan dicampur sabun. Pestisida ini cukup bagus buat larva kepik di pohon terong dan semut hitam yg mangkal di akar padi. Daya simpannya tidak terlalu lama, mungkin sebulan setelah itu cairan berbau busuk dan saat disemprotkan malah mengundang banyak lalat.


Dalam Buku Panduan untuk Permakultur Menuju Hidup Lestari (Yayasan IDEP. 2006. Buku Panduan untuk Permakultur Menuju Hidup Lestari. IDEP Foundation - www.idepfoundation.org. ISBN: 979-15305-0-5), diuraikan hal yang sama tentang pestisida alami bawang putih dan cabai.
Dalam buku tersebut (halaman 228) diuraikan cara membuatnya sebagai berikut:

Campur 3 (tiga) biji bawang putih yang sudah dikupas dengan segenggam cabai dan rebuslah dalam sepanci air. Tambahkan 1/4 balok sabun, aduk rata kemudian biarkan selama sehari. Saring cairan tersebut dan gunakan 2 cangkir larutan tersebut untuk satu kali penyemprotan.


Bawang putih merupakan insektisida, fungisida, dan penolak hama. Sabun akan membantu penyemprotan untuk melekatkan pada tanaman dan serangga. Gunakan larutan ini untuk aphid (kutu daun), ulat bulu, dan ngengat.


Bawang putih dan cabai secara alami akan menolak banyak serangga. Tanamlah di sekitar pohon buah dan lahan sayuran untuk membantu mengurangi masalah-masalah serangga.

Bawang putih dan cabai dapat juga digunakan secara terpisah sebagai bahan pestisida.

Kembali ke pengalaman Christine yang mengatakan daya simpannya tidak terlalu lama, mungkin sebulan, setelah itu cairan berbau busuk dan saat disemprotkan malah mengundang banyak lalat. Menurut saya tidak apa-apa, cairan busuk tersebut dituangkan saja ke dalam komposter anaerob lubang tanah, mungkin saja berfungsi sebagai mikro organisme lokal (MOL).

Dari trubus:
Obat antinyamuk alami dari umbi bawang putih,lalu dijus dgn sedikit air.lalu hasil jus tadi ditambahkan air bersih dg perbandingan 1:5 kemudian disaring.
Setelah itu dimasukkan ke dalam botol sprayer kecil.untuk penggunaannya,disemprot pd bagian tubuh,efektif 5-6 jam.
Untuk ruangan,celup selembar kain katun kecil ke dlm larutan bawang putih,lalu gantungkan kain di beranda rumah.
Kandungan sulfur bawang putih dipercaya ampuh menolak nyamuk.
Semoga bermanfaat.

Wealth-4-Help said...

tanaman saya rosella, sekarang sedang diserang hama kutu putih. berapa kali dalam seminggu kita harus semprotkan ke tanaman agar dapat membersihkan tanaman dari hama kutu putih tsb ?

Foto: forums.gardenweb.com, Daun Tomat, hati-hati ada racunnya!
Daun tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami, tapi perlu waspada dan hati-hati, sebab ketika daun tomat dipakai sebagai pestisida alami bisa bersifat racun bagi manusia. Gunakan sarung tangan, penutup hidung, dan mulut pada saat kita menyemprotkan ke tanaman.



Daun tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami. Dapat digunakan untuk membasmi kutu daun, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat, lalat putih, jamur, dan bakteri pembusuk.

Cara membuatnya sebagai berikut:

Pertama, ambil daun tomat kira-kira seberat 1 (satu) kilogram. Pakai sarung tangan ketika memetik daun tomat.

Kedua, daun tomat dimasak dalam 2 (dua) liter air selama 30 menit.

Ketiga, tambahkan lagi potongan-potongan daun tomat, batang tomat, dan buah tomat sebanyak 2 (dua) genggam, dan tambahkan pula 2 (dua) liter air. Aduk bahan-bahan tersebut, lalu biarkan selama 6 jam (1/2 hari).

Keempat, disaring dan tambahkan 1/4 batang sabun.
Cairan telah bisa digunakan sebagai insektisida dan fungisida alami.

Semprotkan cairan ini setiap 2 (dua) hari sekali bila jumlah serangga pengganggu cukup banyak.


HATI-HATI:

  • DAUN TOMAT KETIKA DIPAKAI SEBAGAI INSEKTISIDA DAN FUNGISIDA BERSIFAT RACUN BAGI MANUSIA.
  • ADA UNSUR KIMIA YANG TERKANDUNG DALAM DAUN TOMAT MENJADI JAUH LEBIH PEKAT KONSENTRASINYA.
  • KANDUNGAN UNSUR KIMIANYA ADALAH SENYAWA ALKALOID YANG DISEBUT ‘TOMATINE’ YANG TERDAPAT PADA DAUN DAN BATANG TOMAT.
  • RACUN INI DAPAT MENYEBABKAN GANGGUAN PENCERNAAN YANG SERIUS.
  • GUNAKAN SARUNG TANGAN, PENUTUP HIDUNG, PENUTUP MULUT KETIKA MEMETIK, MEMASAK, MENYARING, DAN MENYEMPROTKAN BAHAN INSEKTISIDA DAUN TOMAT INI.
Referensi:
Yayasan IDEP. 2006. Buku Panduan untuk Permakultur Menuju Hidup Lestari. IDEP Foundation - www.idepfoundation.org. ISBN: 979-15305-0-5
(dan sumber lain).

Komentar:

rohadi said...

Bismillah,
pak kalau saya ingin sekedar memetik daun tomat, apa juga harus memakai sarung tangan dan tutup hidung?

Terimakasih

KUNCORO said...

pak sob, setelah larutan pestisida jadi aplikasinya dicairkan/ditambah air apa langsung????????

Kategory untuk GreenLiving

Mencacah Daun untuk Kompos

TIP AMAN MENCACAG DAUN BAHAN KOMPOS









Mencacah atau memotong daun-daun untuk bahan kompos adalah pekerjaan yang terkadang membuat stress. Bisa-bisa jari tangan kena bedog (bendo, parang). Saya pernah kena bedog sewaktu memotong bahan kompos. Masih untung tidak parah. Bagaimana cara yang aman?

Cara yang aman adalah dengan mesin potong. Bisa beli atau membuat sendiri. Desain mesin potong buatan sendiri skala rumah tangga bisa dilihat di artikel blog ini. Ada juga yang tetap ingin menggunakan alat potong tradisional, yaitu bedog, bendo, atau parang. Tetapi harus hati-hati sekali, salah posisi tangan bisa kecelakaan, jari terkena bedog.

Cara yang benar adalah posisi tangan yang memegang daun-daunan sedemikian rupa sehingga yang mengarah ke bedog adalah punggung tangan (lihat foto: posisi benar)
.

Cara yang salah adalah posisi tangan yang memegang daun-daunan sedemikian rupa sehingga jari tangan ’menongol’. Jangan melakukan cara ini, karena jari tangan bisa terkena bedog (lihat foto: posisi salah).

Semoga bermanfaat, dan tetap berhati-hati.

MOL sebagai STARTER Pembuatan Kompos

Sepertinya kompos lagi ngetrend baik di kalangan petani maupun ibu-ibu di kota besar.

Bagaimana dengan Kota Lhokseumawe?
Siapa yang peduli dengan sampah dapur yang ternyata bisa diolah jadi kompos juga.

Cara membuat MoL sebagai bahan STARTER untuk membuat kompos yang sederhana:

MOL TAPAI ATAU MOL PEUYEUM LEBIH BERSIH









Banyak yang bertanya cara membuat Mikro Organisme Lokal (MOL). Setelah diberi penjelasan bahannya dari sampah dapur yang membusuk atau bahan lain yang berjamur, kebanyakan mundur karena jijik, bau. Berikut saya membuat MOL yang relatif bersih, dari tapai atau peuyeum.

MOL adalah kumpulan mikro organisme yang bisa “diternakkan”, fungsinya dalam konsep “zero waste” adalah untuk “starter” pembuatan kompos organik. Dengan MOL ini maka konsep pengomposan bisa selesai dalam waktu 3 mingguan.


Dalam blog ini beberapa waktu lalu telah banyak saya uraikan cara-cara membuat MOL yang gratisan, yaitu dari bahan sampah dapur yang mudah membusuk, sayur kemarin yang basi. Bisa juga dari bahan lain misalnya keong sawah yang ditumbuk, buah nenas yang busuk. Tinggal pilih bahan yang paling mudah didapat disekitar kita. Setelah bahan dipilih dari salah satu di atas, kemudian dimasukkan ke dalam drum plastik, dan diberi air, hingga bahan tenggelam. Setelah 4 atau 5 hari MOL ini sudah bisa dipakai.


Selain untuk “starter” kompos, MOL bisa juga dipakai untuk “pupuk cair” dengan cara diencerkan terlebih dahulu, 1 bagian MOL dicampur 15 bagian air. Siramkan pada tanah di sekitar tanaman. Upayakan jangan mengenai batang tanaman. Untuk ”anggrek”? Karena anggrek ini tumbuh di pakis dan akarnya menonjol, saya tidak menyarankan dengan pupuk cair MOL ini. Nanti pakisnya di makan MOL dan timbul panas yang bisa mematikan anggrek. Jadi baiknya untuk tanaman yang tumbuh di tanah saja, dan tanahnya yang disiram MOL encer.


Kembali ke MOL tapai atau MOL peuyeum, saya sebut lebih bersih, karena bahannya juga bersih, dan tidak ada kesan menjijikkan. Bisa tapai singkong atau peuyeum ketan, pilih yang paling mudah didapat.


Pertama, siapkan botol plastik air minum kemasan ukuran besar (1.500 mililiter). Cukup satu botol kosong saja, tidak usah dengan tutupnya.

Kedua, beli tapai atau peuyeum, sedikit saja, soalnya butuhnya juga hanya 1 ons, lalu masukkan dalam botol tadi.

Ketiga, isikan air dalam botol yang telah berisi tapai atau peuyeum tadi. Tidak usah penuh, cukup hampir penuh.

Keempat, masukkan gula ke dalam botol yang telah diisi tapai atau peyeum dan air tadi. Bisa gula pasir atau gula merah, 5 sendok makan.

Kelima, kocok-kocok sebentar agar gula melarut.

Keenam, biarkan botol terbuka tidak ditutup selama 4 atau 5 hari. Selanjutnya, selamanya botol tidak ditutup, biar MOL-nya bisa bernafas.

Ketujuh, setelah 5 hari, dan kalau dicium akan berbau wangi alkohol, maka MOL telah bisa dipakai.

Kedelapan, kalau ingin ”beternak” MOL, maka ambillah botol kosong yang sejenis, lalu bagilah MOL dari botol yang satu ke botol kedua. Separoh-separoh. Lalu isikanlah air ke dalam botol-botol tadi sampai hampir penuh, dan kemudian masukanlah gula ke masing-masing botol dengan takaran seperti di atas. Maka kita punya 2 botol MOL. Bila ingin memperbanyak lagi ke dalam botol-botol yang lain, lakukanlah dengan cara yang sama.

Selamat mencoba, moga-moga sukses, dan buatlah kompos agar kita tidak membuang sampah ke luar rumah.

Internet Marketing di kalangan mahasisa di Kota Lhokseumawe

Bagaimanakah tingkat penguasaan ilmu komputer di kalangan pelajar dan mahasiswa di kota Lhokseumawe ?

Dengan meningkatnya pertumbuhan warnet tentunya berbanding lurus dengan penguasaan di bidang komputer, tapi memang di Lhokseumawe belum ada survey tentang ini. Seharusnya ada yang peduli tentang hal ini mengingat semakit meningkatnya kompetensi menjelang diberlakukannya AFTA.

Adakah Prospek Sengon di Lhokseumawe?

Lagi butuh informasi tanaman sengon untuk Lhokseumawe, Aceh. Prospek bisnis dan analisa biayanya.

Menjamurnya Warnet di kota Lhokseumawe

Siapa sih pemakai terbanyak?

Pelajar
Mahasiswa
Pegawai
Umum

Apa yang banyak dilakukan dengan internet?
Searching/Browsing
Internet Marketing
Blogging

Kamis, 24 September 2009

Perseus meteor shower in the UAE

Fenomena alam membuat kita selalu takjub dan merasa kecil di hadapanNya.

Seperti yang terjadi di UAE dalam bulan Agustus lalu. Dikutip dari sini.

I've never felt so duped before; I drove all the way out 3/4 of the way to Al Ain because everyone was ranting about some meteor shower.

So a friend and myself drive, drive some more, and drive some more, and eventually come to some small exit from the Dubai-Al Ain road. Where I had hoped to go would have been a pain given the current roadworks.
With hand painted street signs, no street lighting and almost no sign of civilization (except for the customary grocery every 1 km) I have no idea where I was. I actually looked at my GPS and none of the streets were on it at all, I was in the middle of nowhere. I may as well have been navigating through the empty quarter. Then I see a tree on the road.

Not just any tree. A tree in the middle of the road. Not knocked over. As in a tree growing in the middle of the road. The road has actually physically been built around the tree.

Following the road I come to some sort of a track... A camel race track! I drive into the sand a little and park my car, take out all the photography stuff and sit... and wait...

Click for larger copy




...and wait...


Click for larger copy

Waiting for the camera exposures is painful; an 8 minute exposure really is somewhere on the scale of time right up beside eternity.

Trying to see a shooting star (or whatever the technical term may be) is hard enough on its own, however trying to get a photograph of a meteor shower is like staring at a blank wall and expecting it to spontaneously combust. It's just not going to happen.

Even though I saw a few shooting stars it wasn't like there was some mass or continuous stream of them at all. that's what I call false advertising. I didn't even see any at the same time as my friend, leading me to believe they probably don't exist. There are barely any photos of them, and when you tell someone you've just seen a shooting star 9/10 will say "Really?" because it is really next to impossible.

Even though we were in the middle of nowhere, there was still a lot of light pollution. The light pollution isn't from any form of civilization it's from the damn moon!

Moon photograph UAE; Canon 5d mark 2, 200mm f2.8L f/10.0 1/4s ISO 50

The other immediate problem was from dust in the air. Visibility wasn't the greatest. I guess I got to see some shooting stars and enjoyed listening to some music while waiting around in the humid and warm (~30°C) weather. I did enjoy the drive out to the desert. I probably got to see 5-6 shooting stars in total, thats what I'd call false advertising.

Minggu, 06 September 2009

Oni

Oni Profile


oni
Horns: Usually two, one on each side of the head

Mouth: Large fangs

Skin: Either red- or blue-skinned

Face: Very scary-looking

Body: Wears tiger-skin loincloths

Strength: Very powerful

Possessions: Holds a large iron club

About oni


image

In Japan, the northeasterly direction has traditionally been called kimon, literally "the gate through which the oni passes," and so it was feared as the dwelling place of demonic spirits. Before modern times, the term for the northeast was ushitora, ushi meaning ox and tora meaning tiger. It was partly for this reason that oni have come to be depicted with horns on their foreheads, just like an ox, and wearing loincloths made of tiger skin.


Gentle on the inside


oni

Oni are thought to be very powerful and fearsome ogres that can snatch people away from their families. But they sometimes use their strength to help people in need. They may look tough and mean, but they can also have a gentle heart. In a way, this makes them very human. Their terrifying appearance is actually used to protect people from evil.


Invisible power


Long, long ago, when most people in Japan lived in mountain or seaside villages, nature was a very powerful presence. Storms or other natural disasters could be very deadly. People lived in fear of these powerful forces of nature and other harmful events that could not be seen, which they regarded as being oni. There is a mention of oni in one of Japan's oldest history books, Nihon Shoki, which was written more than 1,200 years ago.

Visiting the "Oni Castle" (Kinojo)


image

In the town of Soja in Kibi Province (present-day Okayama Prefecture) stands a castle called Kinojo that was first built more than 1,000 years ago. It was believed to have been inhabited by oni, and the castle, which has largely been rebuilt, still stands there today.


image

It stands atop a 400-meter-high hill. Climbing up a steep mountain path takes you to a 2.8-kilometer stone wall surrounding the castle. There are four gates, one each in the east, west, south, and north, and the remains of buildings that are believed to have been storehouses for food and weapons also stand there.


image

The view from the top of the hill is breathtaking. You can see not only the Seto Inland Sea down below but also across the sea to the island of Shikoku.


This part of the country is famous as the setting for the popular folktale about how Momotaro, or the Peach Boy, slays oni who were causing people much hardship:


Once upon a time there lived an old man and woman. When the old woman went to the stream to wash clothes, she noticed a large peach floating downstream. From inside the peach a baby boy was born. The boy was named Momotaro and was raised with loving care by the old man and woman.


Momotaro grew into a strong, courageous boy, and he set out to Onigashima (Oni Island) to slay the demons that lived there. The old woman made millet dumplings for him to eat on the way. Before he reached Onigashima, he befriended a monkey, a pheasant, and a dog, who agreed to help him if Momotaro shared the dumplings with them.


This story of Momotaro defeating the ogres on Onigashima is a popular tale that everyone in Japan learns in childhood. This story is also believed to have originated in Okayama Prefecture, and local kids take pride in the fact that Momotaro hails from their region. Okayama is famous as a peach-growing area, and the Japanese word for millet, kibi, has the same pronunciation as the prefecture's old name (Kibi Province).


image

Millet dumplings are a popular souvenir item in Okayama. They are made by mixing millet powder with rice, sugar, and syrup. These bite-sized, soft sweets are so good that you can't stop eating them!


image

There is a museum in the city of Kurashiki, Okayama Prefecture, that features mechanical Momotaro dolls reenacting various episodes from the famous folktale.



The Oni Sword Dance


image

Courtesy of Oni Museum

Onikenbai (oni sword dance) is a dance that has been performed in the city of Kitakami, Iwate Prefecture, in northeastern Japan for around 1,000 years.


imageimageimage

Courtesy of Oni Museum

It originally began as a way of offering comfort to ancestral spirits, but it was later performed by soldiers either before their departure for battle or upon their return. The onikenbai is a powerful, masculine dance. Today it is performed in and around Kitakami by dancers wearing samurai costumes, often during the Bon Festival in midsummer or at various community celebrations.


Depending on the piece being performed, there are anywhere from one to eight dancers. Dancers usually wear a long-haired wig and an oni mask that is believed to bring good fortune. Masks come in five colors - red, blue, yellow, black, and white - with the dance being centered on the one wearing the yellow mask.


image

The dancers hold a fan in their right hand and wear a sword around their waist, stomping their feet and jumping up and down to the rhythm of drums, flute, and hand bells. The word kenbai is thought to derive from henbai, which means stepping firmly on the ground. The dancers stomp on the dancing area to drive out evil spirits that threaten to enter from the northeast.


Most children in Kitakami rehearse this dance from an early age and are proud of this local tradition. In this city, oni are not fearsome ogres but powerful beings that help protect local residents.

Zashiki-warashi Profile


Zashiki-warashi
"Guardian angel that watches over the house"
It's said that if a zashiki-warashi is present, the household will have plenty of money and live in prosperity.


Habitat: The back rooms of grand old houses.

May take the form of either a girl or a boy.

Age: From three to around ten years old.

Dress: White or blue kimono.


Takes pleasure in scaring people in the middle of the night and causing mischief. Loves to be in places where children congregate.


The back room, the innermost room of a house, is a special room reserved for honored guests, wedding ceremonies, and the like.
imageimage

Back room


Zashiki-warashi sightings

Many tales of sightings of zashiki-warashi have been told, mainly in Iwate Prefecture.


Zashiki-warashi

Zashiki-warashi love to cause mischief by removing the pillow from under the head of a sleeping person. They also like to surprise people by laying cold hands on their faces and climbing on top of them while they're sleeping. When people catch sight of them, it's said, they smile sweetly and run away.


Zashiki-warashi

The zashiki-warashi makes noises like papers rattling, bites peoples noses, makes various sounds, and thrusts its long, thin arms though openings in sliding doors, reaching out several feet. It also drops teacups and chopsticks from the ceiling.


Forms taken by zashiki-warashi


Zashiki-warashi usually appear as children, but sometimes they also take the form of a black beast about 40 centimeters tall, frolicking and crawling along the floor. It's said they also appear as points of light or silhouettes on sliding screens.


image

Shobuke Miya

image

Many old folktales are told in the northeastern part of Japan, especially in the city of Tono in Iwate Prefecture. The pastime of storytelling is handed down from parents to their children. There are many kinds of stories, some dealing with kappa, some involving gods. There's a group of storytellers in Tono who share these old stories. One member of the group is Shobuke Miya, who grew up hearing these kinds of stories from her own father, a storyteller himself, and now knows more than 200 such tales.






Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...